Model Penelitian Tindakan Kelas
https://ilmu-pgsd.blogspot.com/2014/10/model-penelitian-tindakan-kelas.html
Model Penelitian Tindakan Kelas itu apa saja? Ada beberapa model penelitian tindakan, seperti model yang diusulkan oleh Stephen Kemmis, John Elliot, dan Dave Ebbutt. Model-model tersebut dikembangkan dari pemikiran Kurt Lewin pada tahun 1946 (McNiff, 1992:19). Ia menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara visual, tahap-tahap tersebut dapat disajikan pada gambar 1 (McNiff, 1992: 22).
Contoh
- Perencanaan: Bagaimana saya dapat membuat siswa speak up dalam pelajaran bahasa inggris tema speaking? Mungkin saya perlu memberikan penghargaan (reward) kepada siswa yang mau berbicara.
- Tindakan: Saya memberikan penghargaan (yang berupa tambahan nilai) kepada setiap siswa yang mau berbicara.
- Pengamatan: Bersamaan dengan itu, saya mengamati apakah dengan penghargaan tersebut para siswa mau berbicara.
- Refleksi: Para siswa mulai mau berbicara. Namun, mereka tampak masih malu-malu kucing. Saya perlu merencanakan suatu tindakan agar siswa mau berbicara tanpa malu-malu lagi.
Model penelitian tindakan kelas yang lebih kompleks diberikan oleh John Elliot (McNiff, 1992: 30). Model tersebut terdiri atas tiga siklus. Siklus pertama diawali dengan pengidentifikasian masalah awal yang mendorong dilaksanakannya penelitian tindakan. Langkah selanjutnya adalah memperdalam masalah tersebut dengan mempertajam dan mencari penyebab timbulnya masalah itu.
Atas dasar langkah tersebut disusunlah rencana umum pemecahan masalah yang meliputi tindakan tertentu. Langkah berikutnya adalah mengimplementasikan tindakan tersebut. Pada fase ini sekaligus dilakukan monitoring terhadap pelaksanaan tindakan dan dampak yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Langkah terakhir adalah melakukan refleksi untuk mengidentifikasi dan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan untuk melihat hasil akhir keseluruhan proses. Siklus pertama berakhir pada langkah ini.
Apabila masih ditemukan adanya masalah yang belum terpecahkan maka peneliti dapat melangkah ke siklus kedua, dengan membuat rencana tindakan ulang berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Dengan demikian, pada siklus kedua ini terjadi revisi atau modifikasi rencana tindakan pertama, sesuai dengan keadaan di lapangan. Langkah-langkah selanjutnya relatif sama dengan langkah-langkah yang telah dipaparkan pada siklus pertama. Demikian seterusnya hingga masalah yang dihadapi dapat terpecahkan. Untuk itu barangkali diperlukan lebih dari tiga siklus; dan hal itu tidak menjadi masalah, karena jumlah siklus tidak ditentukan oleh hal lain kecuali terpecahkannya masalah. Pemilihan Model penelitian tindakan kelas yang tepat, efektif dan efisien serta sesuai sangat mempengaruhi kualitas dan hasil penelitian obyek pembelajaran yang akan dicapai.